Minggu, 18 Maret 2012

ISTISNA'

ISTISNA’
A. DEFINISI
هو إخراجُ ما بعدَ "إلاّ" أو إحدَى أخواتها من أدوات الاستثناءِ، من حكم ما قبلَهُ
Istisna’ adalah mengeluarkan suatu kalimat yang jatuh stelah “illa” dan “tema-temannya” dari hokum kalimat sebelumnya. Contoh : جاءَ التلاميذُ إلاّ عليّاً
Istilah-istilah yang dipakai dalam bab ini :
a. Mustasna yaitu kalimat yang di keluarkan dari hokum kalimat sebelumnya, dalam contoh di atas “Ali” adalah sebagai mustasna.
b. Mustasna minhu yaitu kalimat yang dijadikan patokan hokum kalimat.
c. Adawatul mustasna yaitu huruf-huruf dalam istisna’ . dalam hal ini ada 8,
"إلاّ وغيرٌ وسِوًى وسُوًى وسَواءٌ وخَلا وعَدا وحاشا "
Sebagian ada yang menambah وليسَ ولا يكونُ
d. Kalam Tam Mujab yaitu Kalimat yang Positif dan sudah Mufid ( bisa dipahami ).
e. Kalam Tam Manfi yaitu kalimat yang sudah bisa dipahami tapi berbentuk negative
f. Kalam Naqis yaitu kalam yang belum bisa dipahami artinya belum memenuhi syarat kalam.
B. Macam-macam Mustasna
Mustasna ( atau kalimat yang dikecualikan) itu ada dua macam:
• Mustasna Muttasil
Yaitu antara mustasna dan mustasna minhu satu jenis hukumnya, misalnya sama-sama manusia, binatang atau peralatan tertentu, contoh :
جاءَ المسافرون إلا سعيداً
• Mustasna Munfasil
Yaitu antara mustasna dan mustasna minhu berbeda jenis atau kelompok, contoh :
احترقت الدارُ إلاّ الكتُبَ
C. Mustasna dengan “إلاَّ “
Jika Istisna’ itu memakai huruf “إلاَّ “ secara bersambung,maka mempunyai tiga hokum, :
1. Wajib dibaca nashob,
Dalam hal ini ada dua kemungkinan.
• Jatuh setelah kalam Tam Mujab, contoh : ينجحُ التلاميذُ إلا الكسولَ
• Jatuh setelah kalam Tam Manfi dan mustasna didahulukan dari mustasna minhu, contoh : ما جاء إلا سليماً أحدٌ
2. Boleh dua wajah, yaitu boleh dibaca nashob juga boleh jadi badal
Yaitu jika mustasna didahulukan dari sifatnya, contoh :
ما في المدرسة أحد إلا أخاك، أو إلاّ أخوكَ، كَسوٌ
Atau jika jika mustasna tersebut jatuh setelah kalam tam manfi atau syibhu manfi. Contoh :
 Yang jatuh setelah tam manfi : ما جاءَ القومُ إلاّ علي، وإلا علياً
 Yang jatuh setelah tam syibhu manfi : لا يَقمْ أحدٌ إلاّ سعيدٌ، وإلا سعيداً
3. Sesuai dengan amilnya.
Yaitu jika jatuh setelah kalam manfi atau sybhi manfi, contoh :
- ما جاءَ إلا عليٌّ
- ما رأيتُ إلا عليّاً
- ما مررتُ إلا بعليّ
D. Mustasna dengan “غَيْرٍ وسِوًى “
Dalam hal ini mustasna wajib dibaca jer. Contoh : "جاءَني رجلٌ غيرُكَ، أو غيرُ خالدٍ"
E. Mustasna dengan “خَلا وعَدَا وحاشا “
Dalam hal ini ada dua wajah, yaitu boleh dibaca jer juga boleh dibaca nashob.
• Boleh dibaca jer dengan landasan menyamakan huruf-huruf tersebut dengan huruf jer. Contoh : جاءَ القومُ خَلا عليٍّ
• Boleh dibaca nashob dengan pertimbangan bahwa huruf-huruf istisna tersebut sebagai fi’il madli, sedang mustasna dianggap sebagai maf’ul bih-nya, contoh : جاءَ القومُ خَلا عليّاً
F. Kesimpulan


G.
H.

2 komentar: